Rabu, 24 Desember 2014

Tata Cara Upacara Tingkeban



Upacara tingkeban atau mitoni, berasal dari kata pitu yang artinya tujuh. Sehingga upacara mitoni dilakukan pada saat usia kehamilan tujuh bulan dan pada masa kehamilan pertama. Di dalam pelaksanaan tingkeban, ibu yang sedang hamil tujuh bulan dimandikan dengan air kembang setaman, disertai dengan doa-doa khusus.
Tata caranya adalah sebagai berikut :
1.      Siraman dilakukan oleh sesepuh sebnyak 7 orang. Bermakna mohon doa restu, supaya suci lahir dan batin. Setelah upacara siraman selesai, air kendi 7 mata air dipergunakan untuk mencuci muka, setelah air dalam kendi habis, kendi dipecah.
2.      Memasukan telur ayam kampong ke dalam kain calon ibu oleh suami melalui perut sampai pecah. Hal ini merupakan simbol harapan supaya bayi lahir dengan lancar, tanpa suatu halangan.
3.      Berganti nyamping sebanyak 7 kali secara bergantian disertai kain puti. Kain putih sebagai dasar pakaian pertama, yang melambangkan bayi yang akan dilahirkan adalah suci dan mendapatkan berkah dari tuhan. Diiringi dengan pertanyaan sudah “pantas apa belum”, sampai ganti enam kali oleh ibu-ibu yang hadir dijawab “belum pantas”. Sampai yang terakhir ke tujuh kali dengan kain sederhana dijawab “pantes”.
4.      Pemutusan lawe atau janur kuning yang dilingkarkan di perut calon ibu, dilakukan oleh calon ayah  ujungnya diberi rempah kunir, dengan maksud agar bayi dalam kandungan akan lahir dengan mudah.
5.      Calon nenek dari pihak calon ibu menggendong kelapa gading dengan ditemani oleh ibu besan. Selamanya kelapa gading diteroboskan dari atas ke dalam kain yang dipakai calon ibu lewat perut, terus ke bawah, diterima (ditampan) oleh calon nenek, maknanya agar bayi dapat lahir dengan mudah, tanpa kesulitan. Calon ayah memecah kelapa dengan memilih salah satu kelapa gading yang sudah digamabari kamajaya dan kamaratih atau harjuna dan Wara Sembadra atau Srikandi.
6.      Upacara memilih nasi kuning yang diletak di dalam takir sang suami. Setelah itu dilanjutkan dengan upacara jual dawet dan rujak, pembayaran dengan pecahan genting (kreweng) yang dibentuk bulat, seolah-olah  seperti uang logam. Hasil penjualan dikumpulkan dalam kuali yang terbuat ari tanah liat. Kwali yang berisi uang kreweng dipecah di depan pintu. Maknanya agar anak yang dilahirkan banyak mendapat rezeki dapat menghidupi keluarganya dan banyak amal.
7.      Hidangkan sebagai ucapan syukur kepada Tuhan YME, yang disediakan dalam upacara tingkeban antara lain :
a)      Tujuh macam bubur, termasuk bubur procot.
b)      Tumpeng kuat, maknanya bayi yang akan dilahirkan nanti sehat dan kuat (tumpeng dengan urab-urab tanpa cabe, telur ayam rebus dan lauk yang dihias).
c)      Jajan pasar, syaratnya harus beli di pasar (kue,buah,makanan kecil).
d)      Rujak buah-buahan  tujuh macam dihidangkan sebaik-baiknya supaya rujaknya enak, bermakna anak yang dilahirkan menyenagkan dalam keluarga.
e)      Dawet, supaya menyegarkan.
f)       Keleman semacam umbi-umbian, sebanyak 7 macam.
g)      Sajen medikingan, dibuat untuk kelahiran anak pertama dan seterusnya.

1 komentar: