1. DIJUPUK
IWAKE AJA NGANTI BUTHEG BANYUNE
pengambilan
kebijaksanaan atau penyelesaian masalah yang diidealkan jangan sampai
menimbulkan korban atau masalah baru.
2. MENANG
MENENG NGGEMBOL KRENENG
menggambarkan
perilaku seseorang yang di permukaan (fisik, lahiriah) kelihatan pendiam, tidak
banyak omong akan tetapi di pikiran dan di hatinya sebenarnya dia tengah
mempersiapkan atau menyimpan sesuatu (yang umumnya tidak baik). Entah itu
berupa rencana-rencana atau tujuan-tujuan yang tidak mulia. Entah itu rekayasa
manipulasi, kebohongan, dan seterusnya.
3. WIT
GEDHANG AWOH PAKEL
menggambarkan
betapa mudahnya berbicara atau ngomong. Namun begitu sulitnya melaksanakan,
mengerjakan, atau mewujudkannya.
4. ANCIK-ANCIK
PUCUKING ERI
menyatakan
keadaan yang begitu gawat, kritis, dan nyaris tidak tertolong lagi. Bisa
dibayangkan bagaimana keadaan seseorang yang bertumpu pada ujung duri. Tentu
saja sakit dan khawatir. Ibaratnya keberlangsungan hidupnya tinggal menunggu
ajal belaka.
5. TUNGGAK
JARAK MRAJAK TUNGGAK JATI MATI
menggambarkan
tentang keadaan orang dari kalangan kebanyakan yang bisa berkembang (mrajak)
dan sebaliknya, orang dari kalangan/trah bangsawan/berkedudukan tinggi yang
tidak punya generasi penerus (mati).
6. KAYA
KODHOK KETUTUPAN BATHOK
mengatakan
bahwa orang yang pikiran, referensi, pengetahuan, dan pengalamannya tidak
banyak tentu tidak akan tahu banyak hal.
7. GELEM
JAMURE EMOH WATANGE
menggambarkan
keadaan (seseorang) yang hanya mau enaknya tetapi tidak mau jerih payahnya.
8. KESRIMPET
BEBED KESANDHUNG GELUNG
mengajarkan
agar kita semua tidak mudah terjerat oleh hal-hal yang nempaknya memang indah
dan nikmat, namun di balik itu hal demikian justru mengancam ketenteraman,
keselamatan, dan kenyamanan hidup kita sendiri dan orang lain (keluarga,
saudara, tetangga, dan sebagainya).
9. GUSTI
ALLAHE DHUWIT, NABINE JARIT
menggambarkan
orang yang hidupnya hanya memburu uang atau harta benda, kemewahan, dan
kenikmatan. Sehingga yang ada di dalam otak dan hatinya hanyalah bagaimana
mendapatkan uang, kemewahan, dan kenikmatan hidup itu.
10. WANI
NGALAH LUHUR WEKASANE
memperlihatkan
makna tidak mau berkompetisi, pasrah, penakut, lemah, dan sebagainya. Namun
bukan itu sesungguhnya yang dimaksudkan. Wani ngalah sesungguhnya dimaksudkan
agar setiap terjadi persoalan yang menegangkan orang berani mengendorkan
syarafnya sendiri atau bahkan undur diri. Lebih-lebih jika persoalan itu tidak
berkenaan dengan persoalan yang sangat penting.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar