1. Sistem
Religi dan Upacara Keagamaan
Sistem
religi itu selalu berkaitan pada upacara keagamaan yang ada pada suatu suku
bangsa di daerah masing-masing. Karena kebudayaan pada suku bangsa itu lebih
kental kaitannya dengan para leluhur mereka. seperti religi di sini itu masalah
yang muncul tentang mengapa manusia percaya kepada adanya suatu kekuatan ghaib
yang dianggapnya lebih tinggi daripadanya, dan mengapa manusia itu melakukan
berbagai hal dengan cara-cara yang beraneka warna. Semua aktivitas manusia yang
bersangkutan dengan religi berdasarkan atas suatu getaran jiwa, yang biasanya
disebut emosi keagamaan, atau religious emotion. Emosi keagamaan itulah yang
mendorong orang melakukan tindakan - tindakan yang bersifat religi. Pokoknya,
emosi keagamaan menyebabkan bahwa sesuatu benda, suatu tindakan, atau suatu
gagasan, mendapat suatu nilai keramat, dan dianggap keramat. Sistem upacara
keagamaan secara khusus mengandung empat aspek yaitu tempat upacara keagamaan
dilakukan, saat- saat upacara keagamaan dijalankan, benda-benda dan alat
upacara, orang- orang yang melakukan dan memimpin upacara. Upacara- upacara itu
sendiri banyak juga unsurnya, yaitu bersaji, berkorban, berdoa, makan bersama
makanan yang telah disucikan dengan doa, berpuasa.
Bentuk
Upacara
tradisional merupakan salah satu bentuk tradisi yang sampai saat ini masih
banyak dilaksanakan oleh masyarakat pendukungnya. Upacara keagamaan masih
diakui serta dilaksanakan dengan baik, meskipun dilaksanakan dengan bentuk dan
cara yang berbeda. Disini kita ambil contoh pada upacara tradiaional Kenduri.
Kenduri merupakan suatu berkumpulnya orang-orang yang dihadiri oleh handai
taulan, tetangga, rekan sekerja, sanak keluarga, arwah setempat dan nenek
moyang mereka, dalam rangka untuk memohon do’a keselamatan dan mengabulkan
keinginan manusia. Upacara kenduri adalah suatu upacara pokok yang menjadi
unsure terpenting hamper disemua ritual atau upacara dalam system religi orang
Jawa pada umumnya.
1. Kenduri
dalam rangka lingkaran hidup seseorang
Terdiri dari :
a. Perkawinan
b. Kehamilan
c. Kalahiran
d. Khitan
e. Kematian
2. Kenduri
yang berkaitan dengan bersih desa
Upacara ini masih rutin
dilakukan pada masyarakat yang masih mengilhami adat kejawen yang kental.
3. Kenduri
yang berhubungan dengan hari-hari dan bulan-bulan besar Islam
Akulturasi antara agama
dan adat pada orang Jawa yang saling menyatu. Cotohnya pada perayaan suranan.
Fungsi
kegiatan kenduri masih
tetap ada, hanya saja bentuknya yang berubah karena nilai-nilai kejawenan telah
memudar, tergeser oleh ajaran agama islam yang semakin kuat. Fungsi kenduri
dahulu sebagai bentuk ritual keagamaan, kini berfungsi sebagai sarana menjaga
hubungan baik antara sesame anggota masyarakat.
Makna
Perlengkapan yang ada
di dalam pelaksanaan kenduri yaitu :
a. Tumpeng,
agar senantiasa ingat kepada Tuhan Yang Maha Esa
b. Pisang,
sebagai rasa syukur atas kesenangan dan kenikmatan yang Tuhan berikan
c. Jajan
pasar, sebagai permohonan ampunkepada sang pencipta atas kesalahan yang telah
dilakukan
d. Ayam
utuh atau ingkung, agar meniru perilaku ayam, bisa memilih mana yang baik dan
mana yang buruk yang harus ditinggalkan
e. Kembang-kembangan, menunjukan adanya agama Islam yang telah
masuk mewarnai ritual tersebut
f. Bubur
merah putih, merah berarti ibu, sedangkan putih adalah ayah
2. Sistem
Organisasi Kemasyarakatan
Bentuk
Pada
masyarakat pedesaan masih sering mengadakan kegiatan gotong royong. Di daerah
tempat tinggal saya, yaitu di Desa Karangtengah, Kecamatan Kemangkon, kabupaten
Purbalingga masih diadakan kegiatan gotong royong hampir setiap satu bulan
sekali. Kegiatan ini sudah lama dilaksanakan oleh warga sekitar. Ada banyak
jenis gotong royong yang dilakukan para warga, antara lain ada bersih desa,
bersih kuburan, bersih selokan, terkadang juga kerja bakti pemberantasan hama
di sawah. Para warga begitu antusias mengikuti kegiatan tersebut. Kegiatan ini
biasanya dilakukan pada hari libur kerja, yaitu pada hari sabtu atau hari
minggu. Apabila ada warga yang tidak ikut berpartisipasi dalam acara tersebut
maka warga tersebut harus menbayar denda kepada ketua RW atau ketua RT
setempat. Uang denda tersebut nantinya akan dikumpulkan untuk pembuatan tumpeng
dan dimakan bersama-sama.
Fungsi
Dari
adanya kegiatan tersebut diharapkan untuk menjalin silaturahmi antar warga,
dengan desa yang bersih menjadikan para warga terhindar dari bahaya penyakit,
menciptakan kerukunan dan keharmonisan, terbentuknya kedisiplinan karena adanya
aturan denda yang diberlakukan kepada warga yang tidak mengikuti kegiatan
tersebut.
Makna
Peralatan
dan perlengkapan yang digunakan dalan kegiatan gotong royong yang dilakukan di
Desa Karangtengah Kecamatan Kemangkon Kabupaten Purbalingga adalah sebagai
berikut :
a. Alat
kebersihan, ada pacul, sabit, sapu lidi, ikrak, geraji, dll. Alat-alat tersebut
sangat penting dalam kegiatan gotong royong, karena tanpa alat tersebut
kegiatan tidak akan berjalan dengan lancar.
b. Bahan
kimia, sebagai pemberantas hama saat dilakukan bersih sawah
c. Makanan
dan minuman, untuk para warga yang telah mengikuti kegiatan tersebut
d. Kembang-kembangan,
untuk sesaji sebelum kegiatan tersebut dilaksanakan. Tapi itu dahulu, sekarang
sudah jarang menggunakan sesaji
Sistem
pengetahuan dalam kultural universal berkaitan dengan sistem peralatan hidup
dan teknologi karena sistem pengetahuan bersifat abstrak dan berwujud di dalam ide
manusia. Sistem pengetahuan sangat luas batasannya karena mencakup pengetahuan
manusia tentang berbagai unsur yang digunakan dalam kehidupannya
Masyarakat pedesaan yang hidup dari bertani akan memiliki sistem kalender pertanian tradisional yang disebut system pranatamangsa yang sejak dahulu telah digunakan oleh nenek moyang untuk menjalankan aktivitas pertaniannya. Menurut Marsono, pranatamangsa dalam masyarakat Jawa sudah digunakan sejak lebih dari 2000 tahun yang lalu. Sistem pranatamangsa digunakan untuk menentukan kaitan antara tingkat curah hujan dengan kemarau. Melalui sistem ini para petani akan mengetahui kapan saat mulai mengolah tanah, saat menanam, dan saat memanen hasil pertaniannya karena semua aktivitas pertaniannya didasarkan pada siklus peristiwa alam. Sedangkan Masyarakat daerah pesisir pantai yang bekerja sebagai nelayan menggantungkan hidupnya dari laut sehingga mereka harus mengetahui kondisi laut untuk menentukan saat yang baik untuk menangkap ikan di laut. Pengetahuan tentang kondisi laut tersebut diperoleh melalui tanda-tanda atau letak gugusan bintang di langit.
Banyak suku bangsa yang tidak dapat bertahan hidup apabila mereka tidak mengetahui dengan teliti pada musim-musim apa berbagai jenis ikan pindah ke hulu sungai. Selain itu, manusia tidak dapat membuat alat-alat apabila tidak mengetahui dengan teliti cirri-ciri bahan mentah yang mereka pakai untuk membuat alat-alat tersebut. Tiap kebudayaan selalu mempunyai suatu himpunan pengetahuan tentang alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, benda, dan manusia yang ada di sekitarnya. Menurut Koentjaraningrat, setiap suku bangsa di dunia memiliki pengetahuan mengenai, antara lain:
a. Alam sekitarnya;
b. Tumbuhan yang tumbuh di sekitar daerah tempat tinggalnya;
c. Binatang yang hidup di daerah tempat tinggalnya;
d Zat-zat, bahan mentah, dan benda-benda dalam lingkungannya;
e. Tubuh manusia;
f. Sifat-sifat dan tingkah laku manusia;
g. Ruang dan waktu.
Masyarakat pedesaan yang hidup dari bertani akan memiliki sistem kalender pertanian tradisional yang disebut system pranatamangsa yang sejak dahulu telah digunakan oleh nenek moyang untuk menjalankan aktivitas pertaniannya. Menurut Marsono, pranatamangsa dalam masyarakat Jawa sudah digunakan sejak lebih dari 2000 tahun yang lalu. Sistem pranatamangsa digunakan untuk menentukan kaitan antara tingkat curah hujan dengan kemarau. Melalui sistem ini para petani akan mengetahui kapan saat mulai mengolah tanah, saat menanam, dan saat memanen hasil pertaniannya karena semua aktivitas pertaniannya didasarkan pada siklus peristiwa alam. Sedangkan Masyarakat daerah pesisir pantai yang bekerja sebagai nelayan menggantungkan hidupnya dari laut sehingga mereka harus mengetahui kondisi laut untuk menentukan saat yang baik untuk menangkap ikan di laut. Pengetahuan tentang kondisi laut tersebut diperoleh melalui tanda-tanda atau letak gugusan bintang di langit.
Banyak suku bangsa yang tidak dapat bertahan hidup apabila mereka tidak mengetahui dengan teliti pada musim-musim apa berbagai jenis ikan pindah ke hulu sungai. Selain itu, manusia tidak dapat membuat alat-alat apabila tidak mengetahui dengan teliti cirri-ciri bahan mentah yang mereka pakai untuk membuat alat-alat tersebut. Tiap kebudayaan selalu mempunyai suatu himpunan pengetahuan tentang alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, benda, dan manusia yang ada di sekitarnya. Menurut Koentjaraningrat, setiap suku bangsa di dunia memiliki pengetahuan mengenai, antara lain:
a. Alam sekitarnya;
b. Tumbuhan yang tumbuh di sekitar daerah tempat tinggalnya;
c. Binatang yang hidup di daerah tempat tinggalnya;
d Zat-zat, bahan mentah, dan benda-benda dalam lingkungannya;
e. Tubuh manusia;
f. Sifat-sifat dan tingkah laku manusia;
g. Ruang dan waktu.
Disini saya
mengambil contoh pembuatan wayang suket asli Purbalingga. Badriyanto itu satu-satunya orang
Purbalingga yang mempunyai ketrampilan membuat wayang sket. Bentuk
dan ukurannya tak jauh beda dari wayang
kulit. Wayang ini terbuat dari anyaman
rumput, yang bernama rumput kasuran. Rumput kasuran adalah jenis rumput yang
biasa dijadikan makanan kuda. Rumput ini hanya tumbuh satu tahun sekali di
daerah Purbalingga, Jawa Tengah. Sebenarnya
bisa juga membuat wayang ini dengan memakai jenis rumput yang lain.
Namun hasilnya tidak bagus dan tidak tahan lama.
Badriyanto,
warga Dukuh Kemangunan, Desa Wlahar, Kecamatan Rembang, Purbalingga ini adalah
salah satu dari orang yang memiliki keahlian membuat wayang suket. Memang tidak
banyak orang yang punya keterampilan seperti Badri. Wayang buatan lelaki yang
sehari-hari berprofesi sebagai tukang batu ini sudah dikoleksi banyak orang di
bebagai kota dan beberapa di luar negeri. Sudah
pula menjadi koleksi Rumah Topeng dan Wayang Setia Darma di Gianyar, Bali. Dan
pernah dipamerkan di California, AS, pada National Day of Puppetry.
Badriyanto
belajar membuat wayang suket dari kakeknya yang bernama Kasan Wikrama. Konon,
Kasan yang disapa akrab Mbah Gepluk-lah yang menciptakan wayang suket di
Purbalingga. Sudah sejak usia 13 tahunan, Badri memperhatikan sang kakek
membuat wayang rumput. Yakni, saat sang kakek menggembala kambing. Pada saat
itu, Mbah Geouk kerap menganyam rumput menjadi beragam
bentuk tokoh pewayangan.
Tak cuma itu, kakeknya pun juga memperkenalkan tokoh-tokoh dan cerita dunia pewayangan dengan penuh semangat layaknya seorang dalang di hadapan penontonnya. Nama Kasan Wikrama sendiri dikenal sebagai pembuat wayang rumput pada 1990-an. Kasang pernah berpameran pada 1995 di Yogtakarta. Badri pun sering diajak serta. Ia ingat, kala itu ada orang yang menanyakan penerus keterampilan membuat wayang rumput.
Badri yang kala itu masih remaja di Rembang, Purbalingga, akhirnya memutuskan diri menjadi penerus sang kakek. Alhasil, saa titu Eyang Gepuk hanya memiliki satu orang penerus di antara lima orang cucunya saat ia masih hidup. Karena sudah sering melihat kakeknya menganyam wayang, saat memutuskan belajar Badri cukup membutuhkan waktu satu minggu. Ia belajar setelah pulang sekolah.
Caranya, Eyang Gepuk menganyam rumput, Badri melihat dan menirunya. Selanjutnya, Badri belajar sendiri, menyempurnakan keterampilannya. Butuh dua tahun bagi Badri untuk belajar membuat wayang suket yang sempurna.Badri harus menyiapkan bahan baku yang yang tersedia setiap waktu. Batang rumput kasuran, bahan baku wayang itu, sebelum digunakan harus direndam dalam air hingga layu. Baru setelah layu bisa dianyam dengan bentuk sesuai tokoh wayang.
Untuk membuat sosok wayang, semula Badriyanto mengandalkan pengamatan ada gambar tokoh wayang. Ada juga tokoh sudah terekam dalam benaknya karena ia pernah melihat gambarnya. Untuk satu tokoh wayang, ia mampu merampungkannya dalam waktu lima hari.Tak semua bagian wayang ia buat dengan anyaman yang sama. Wajah dan kain sang tokoh ia buat berbeda. Karena wayang rumputnya tak berwarna maka tampak indah tekstur rumput dengan teknik anyam yang berbeda itu. Butuh keahlian ekstra untuk dapat menganyam rumput tersebut hingga berbentuk wayang.Untuk membuat satu tokoh wayang, membutuhkan sekitar 200-500 batang rumput kasuran. Badri hanya membuat wayang sesuai pesanan, namun ia juga menyiapkan stok. Karena rumput kasuran hanya tumbuh pada bulan Sura, ia menanam rumput yang biasa untuk makanan kuda itu di kebunnya. Dengan begitu, ia bisa memenuhi pesanan sewaktu-waktu.Proses pembuatan wayang sendiri bervariasi, antara tiga hari hingga satu minggu untuk satu tokoh wayang tergantung tingkat detail wayang. Namun untuk tokoh-tokoh yang sederhana bisa selesai pembuatannya dalam waktu tiga hari. Untuk satu buah wayang suket, Badriyanto menghargainya sebesar Rp 450 ribu. Satu set tokoh Pandawa Lima dijual seharga Rp 1,5 juta. Hingga saat ini, sudah cukup banyak seniman dalam dan luar negeri yang memesan wayang suket kepada Badriyanto.
SEKILAS SEJARAH WAYANG SUKET
Wayang Suket berkembang di pedesaan di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Wayang suket adalah wayang yang terbuat dari rumput. Wayang suket biasanya digunakan sebagai mainan anak-anak dan juga peraga pewayangan bagi anak-anak di desa. Konon dulu wayang ini berkembang pesat di daerah Mataraman, seperti Bojonegoro, Tulungagung, Kediri, dan Blitar.Wayang suket ini berbentuk sederhana, biasanya dibuat oleh anak gembala. Sambil menggembalakan ternaknya, mereka menghibur diri dengan menganyam wayang dan memainkannya.Cara membuat wayang suket para gembala ini cukup mudah. Beberapa helai rerumputan dijalin lalu dirangkai, dilipat, diikat membentuk figure serupa wayang kulit. Wayang suket ini tak tahan lama karena bahan dasarnya rumput yang tak diolah lebih dulu.Kini dikenal ada dua jenis wayang suket. Pertama, jenis wayang suket yang berbentuk sederhana yang biasa digunakan sebagai mainan anak-anak. Wayang sederhana ini dipopulerkan ke tingkat nasional sebagai pertunjukan panggung oleh dalang Slamet Gundono, yang telah meningga dunia di awal tahun 2014. Kedua, bentuk wayang berukuran besar yang lebih mirip wayang kulit, menggunakan teknik anyam yang lebih rumit. Bahan rumputnya pun diolah sehingga bisa tahan lama.
Bahasa
merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan sosialnya untuk
berinteraksi atau berhubungan dengan sesamanya. Dalam ilmu antropologi, studi
mengenai bahasa disebut dengan istilah antropologi linguistik. Menurut Keesing,
kemampuan manusia dalam membangun tradisi budaya, menciptakan pemahaman tentang
fenomena sosial yang diungkapkan secara simbolik, dan mewariskannya kepada
generasi penerusnya sangat bergantung pada bahasa. Dengan demikian, bahasa
menduduki porsi yang penting dalam kebudayaan manusia.
Menurut Koentjaraningrat, unsur bahasa atau sistem perlambangan manusia secara lisan maupun tertulis untuk berkomunikasi adalah deskripsi tentang ciri-ciri terpenting dari bahasa yang diucapkan oleh suku bangsa yang bersangkutan beserta variasivariasi dari bahasa itu. Ciri-ciri menonjol dari bahasa suku bangsa tersebut dapat diuraikan dengan cara membandingkannya dalam klasifikasi bahasa-bahasa sedunia pada rumpun, subrumpun, keluarga dan subkeluarga. Menurut Koentjaraningrat menentukan batas daerah penyebaran suatu bahasa tidak mudah karena daerah perbatasan tempat tinggal individu merupakan tempat yang sangat intensif dalam berinteraksi sehingga proses saling memengaruhi perkembangan bahasa sering terjadi.
Menurut Koentjaraningrat, unsur bahasa atau sistem perlambangan manusia secara lisan maupun tertulis untuk berkomunikasi adalah deskripsi tentang ciri-ciri terpenting dari bahasa yang diucapkan oleh suku bangsa yang bersangkutan beserta variasivariasi dari bahasa itu. Ciri-ciri menonjol dari bahasa suku bangsa tersebut dapat diuraikan dengan cara membandingkannya dalam klasifikasi bahasa-bahasa sedunia pada rumpun, subrumpun, keluarga dan subkeluarga. Menurut Koentjaraningrat menentukan batas daerah penyebaran suatu bahasa tidak mudah karena daerah perbatasan tempat tinggal individu merupakan tempat yang sangat intensif dalam berinteraksi sehingga proses saling memengaruhi perkembangan bahasa sering terjadi.
Sebagai contoh pada bahasa Banyumasan yang khas dengan
ngapaknya. Cablaka atau blakasuta adlah salah satu karakter khas masyarakat
Banyumas yang maknanya terus terang, apa adanya, tidak basa basi, blak-blakan
dalam bahasa banyumasnya. Kalau mengungkamkan apa saja termasuk kritik,
masyarakat Banyumas itu biasanya diungkapkan secara langsung, terbuka tapi cara
mereka berbicara membuat orang lain marah, lalu umumnya diungkapkan dengan nada
yang santai dan biasanya berbicara kotor, tapi tetap bisa menjaga suasana si
orang yang diajak bicara. Watak atau sifat cablaka itu ada dalam tokoh
pewayangan khas Banyumas, yaitu Bawor yang merupakan mascot masyarakat
Banyumasan. Bawor merupakan tokoh punakawan yang bentuknya hampir sama dengan
Bagong
5. Kesenian
Perhatian ahli
antropologi mengenai seni bermula dari penelitian etnografi mengenai aktivitas
kesenian suatu masyarakat tradisional. Deskripsi yang dikumpulkan dalam
penelitian tersebut berisi mengenai benda-benda atau artefak yang memuat unsur
seni, seperti patung, ukiran, dan hiasan. Penulisan etnografi awal tentang
unsur seni pada kebudayaan manusia lebih mengarah pada teknikteknik dan proses pembuatan
benda seni tersebut. Selain itu, deskripsi etnografi awal tersebut juga
meneliti perkembangan seni musik, seni tari, dan seni drama dalam suatu
masyarakat.
Berdasarkan jenisnya, seni rupa terdiri atas seni patung, seni relief, seni ukir, seni lukis, dan seni rias. Seni musik terdiri atas seni vokal dan instrumental, sedangkan seni sastra terdiri atas prosa dan puisi. Selain itu, terdapat seni gerak dan seni tari, yakni seni yang dapat ditangkap melalui indera pendengaran maupun penglihatan. Jenis seni tradisional adalah wayang, ketoprak, tari, ludruk, dan lenong. Sedangkan seni modern adalah film, lagu, dan koreografi.
Berdasarkan jenisnya, seni rupa terdiri atas seni patung, seni relief, seni ukir, seni lukis, dan seni rias. Seni musik terdiri atas seni vokal dan instrumental, sedangkan seni sastra terdiri atas prosa dan puisi. Selain itu, terdapat seni gerak dan seni tari, yakni seni yang dapat ditangkap melalui indera pendengaran maupun penglihatan. Jenis seni tradisional adalah wayang, ketoprak, tari, ludruk, dan lenong. Sedangkan seni modern adalah film, lagu, dan koreografi.
Lalu
kesenian yang saya ambil disini adalah salah satu kesenian yang ada di wilayah
Purbalingga, Banyumas, dan sekitarnya. Kesenian ini sudah ada sejak
berabad-abad, dan berkembang sesuai dengan perkembangan yang berjalan. Kesenian
ini dinamakan kesenian Kenthongan. Kesenian ini dibuat dari bambu yang pada
salah satu sisinya diberi lubang. Jaman dahulu kenthong dipakai untuk alat komunikasi
dan peringatan bahaya pada masyarakat sekitar. Contohnya kalau dibunyikan
sekali-sekali itu sebagai tanda ada maling, kalau dibunyikan dua kali dua kali
itu sebagai tanda adanya kebakaran, dan masih banyak lagi cara nabuh dan
gunanya.
Kenthong
itu banyak macamnya, tidak hanya dibuat dari bamboo saja. Kalau yang di buat
dari bambu biasanya ada pada setiap rumah. Ada juga kenthong yang dibuat dari
kayu, itu biasanya ada di masjid yang gunanya untuk memberikan kabar bahwa
waktu shalat telah datang. Tapi itu dulu sebelum adanya listrik. Kalau sekarang
kan sudah modern, sudah ada listrik, jadi kenthong sudah tidak dipakai lagi
sebagai alat komunikasi. Kenthong sekarang dijadikan alat musik untuk hiburan.
Biasanya agar hasil irama semakin bagus kenthong dibunyikan diiringi dengan
alat musik tradisional lainnya, yaitu ada angklung, calung, suling, bas, dan
ketipung. Jumlah satu grup kenthongan biasanya terdiri dari 20 anggota, dari 20
anggota itu yang paling banyak yang bagian nabuh kenthong, karena kenthong
banyak variasinya jadi membutuhkan banyak penabuh. Grup kenthongan juga
dipimpin oleh dua mayoret. Baju yang digunakan adalah baju tradisional Jawa.
Dalam satu grup kenthongan juga ada penari atau pengiringnya. Lagu yang biasa
dibawakan yaitu lagu tradisional atau lagu dangdutan. Kenthongan biasanya ada
pada acara-acara hajatan atau upacara resmi. Terkadang juga ada yang mengadakan
lonba kenthongan, dan juga sering tampil pada acara hari jadi kota.
6. Sistem
Mata Pencaharian
Mata
pencaharian atau aktivitas ekonomi suatu masyarakat menjadi fokus kajian
penting etnografi. Penelitian etnografi mengenai sistem mata pencaharian
mengkaji bagaimana cara mata pencaharian suatu kelompok masyarakat atau sistem
perekonomian mereka untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Sistem ekonomi pada
masyarakat tradisional, antara lain
a. berburu dan meramu
a. berburu dan meramu
b.
beternak
c.
bercocok tanam di lading
d.
menangkap ikan
e.
bercocok tanam menetap pada sistem irigasi
Pada saat ini hanya sedikit sistem mata pencaharian atau ekonomi suatu masyarakat yang berbasiskan pada sektor pertanian. Artinya, pengelolaan sumber daya alam secara langsung untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dalam sektor pertanian hanya bisa ditemukan di daerah pedesaan yang relatif belum terpengaruh oleh arus modernisasi.
Pada saat ini pekerjaan sebagai karyawan kantor menjadi sumber penghasilan utama dalam mencari nafkah. Setelah berkembangnya sistem industri mengubah pola hidup manusia untuk tidak mengandalkan mata pencaharian hidupnya dari subsistensi hasil produksi pertaniannya. Di dalam masyarakat industri, seseorang mengandalkan pendidikan dan keterampilannya dalam mencari pekerjaan.
Pada saat ini hanya sedikit sistem mata pencaharian atau ekonomi suatu masyarakat yang berbasiskan pada sektor pertanian. Artinya, pengelolaan sumber daya alam secara langsung untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dalam sektor pertanian hanya bisa ditemukan di daerah pedesaan yang relatif belum terpengaruh oleh arus modernisasi.
Pada saat ini pekerjaan sebagai karyawan kantor menjadi sumber penghasilan utama dalam mencari nafkah. Setelah berkembangnya sistem industri mengubah pola hidup manusia untuk tidak mengandalkan mata pencaharian hidupnya dari subsistensi hasil produksi pertaniannya. Di dalam masyarakat industri, seseorang mengandalkan pendidikan dan keterampilannya dalam mencari pekerjaan.
Sebagai
contohnya yaitu pada tradisi mimiti yang dilakukan di Desa Karangtengah
Kecamatan Kemangkon Kabupaten Purbalingga. Tradisi mimiti biasanya dilaksanakan
sehabis Shalat Ashar dan satu hari sebelum panen. Si pemilik sawah akan mengundang warga
sekitar untuk turut bersama-sama mendoakan agar panen berjalan lancar dan
melimpah. Prosesi inipun diikuti dengan makan tumpeng bersama. Dan dipimpin
oleh sesepuh. Dahulu ritual juga dilakukan sebagai penghormatan terhadap tokoh
Dewi Sri yaitu Dewi Kesuburan, Dewi
Penjaga Sawah atau Dewi Padi. Di Pulau Jawa mitos asal mula tumbuh-tumbuhan
yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari adalah padi. Dan dikarenakan
padi-padi ini dijaga oleh kekuatan magis Dewi Sri, maka para petani pun sudah
sepantasnya mengucapkan terima kasih pada Sang Dewi dengan ritual mimiti ini. Tradisi
mimiti juga disertai dengan membawa sesaji ke tengah sawah. Rombongan sesaji
akan diikuti oleh petani yang membawa ani-ani. Ada yang mengitari sawah sekali
putaran searah jarum jam lalu kembali lagi ke tengah ada juga yang langsung ke
tengah sawah, dibagian yang dipilih
sebagai titik fokus mimiti atau ritus methik. Kemudian oleh petani (biasanya
perempuan yang membawa ani-ani), padi terbaik akan dipetik sebanyak satu ikat
kecil sebesar ibu jari. Ikatan ini biasanya dibawa pulang untuk diletakkan
didekat sesajen yang dirumah dan dilanjutkan dengan selamatan.Dalam selamatan
akan dibuatkan tumpeng mimiti. Yaitu nasi tumpeng yang didalamnya diisi dengan
potongan kecil tempe dan ikan asin dengan bumbu urap. Pada dasarnya tumpeng
yang dibuat meruncing satu titik diatas adalah melambangkan kekuasaan Tuhan
Yang Maha Tinggi.Tradisi selamatan mimiti-pun bisa jadi berbeda di setiap
wilayah. Ada yang mengundang orang sekitar dan dimakan bersama-sama, ada yang
hanya diikuti keluarga si petani dan kemudian dibagikan dengan cara
mengantarnya ke tetangga sekitar. Atau bahkan ada juga yang melakukannya di
sawah pada pagi hari. Sesaji yang biasa dibawa ke sawah bersama dengan sisa
tumpeng yang sengaja disisakan yaitu ada kelapa muda yang warnanya ijo, ada
rokok satu batang, bunga setaman, dan jajanan pasar. Guna sesaji tersebut
supaya hasil panen melimpah dan dalam pelaksanaan tidak ada halangan yang
menimpa.
Manusia
selalu berusaha untuk mempertahankan hidupnya sehingga mereka akan selalu
membuat peralatan atau benda-benda tersebut. Perhatian awal para antropolog
dalam memahami kebudayaan manusia berdasarkan unsur teknologi yang dipakai
suatu masyarakat berupa benda-benda yang dijadikan sebagai peralatan hidup
dengan bentuk dan teknologi yang masih sederhana. Dengan demikian, bahasan
tentang unsur kebudayaan yang termasuk dalam peralatan hidup dan teknologi
merupakan bahasan kebudayaan fisik.
Sebagai
contohnya saya mengambil tentang berbagai macam aplikasi yang sekarang bisa
diakses untuk kelancaran belajar. Pada sistem ini, idenya yaitu ingin
mempermudah mahasiswa atau siswa dalam pembuatan tugas yang diberikan oleh
pengajar. Dengan aktivitas sosialnya yaitu mencari informasi melalui internet.
Maka benda fisik yang terwujud adalah adanya laptop, yaitu suatu alat atau
sarana yang mempermudah kerja kita dengan bentuknya seperti computer yang dapat
dibawa kemana-mana.
Awalnya
mahasiswa merasa iri dengan jurusan bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, yang bisa
menulis pada laptop mereka dengan aplikasi yang mereka miliki dan aplikasi
tersebut mudah untuk di cari. Sedangkan pada jurusan Bahasa Jawa mereka masih
kesulitan mencari aplikasi untuk menulis huruf aksara Jawa pada laptop mereka.
Seiring berjalannya waktu mulai ada yang menciptakan aplikasi untuk manulis
aksara Jawa pada laptop. Sekarang para mahasiswa sudah tidak merasa iri lagi,
karena mereka juga telah mempunyai aplikasi tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar